Raso jo Pareso

RASO jo PARESO sebagai sumber NAN AMPEK
Inilah ilmu nan sebenarnya ilmu
Manajemen plus kato urang
Pusako niniak sejak dahulu
Biaso dipakai dek urang Minang
|
Agar tak kacau di alam dunia
Semantik kata haruslah terang
Melakukan periksa, tanda manusia
Mempunyai rasa, buktinya orang
|
Sebagai kalifah yang ditugaskan Allah untuk mengatur atau memakmurkan dunia, manusia diberi daya atau hidayah merasa dan daya memeriksa, disingkat sebagai rasa-periksa.
Nenek moyang kita menyebutnya sebagai cupak nan Dua, yaitu cupak asli dan cupak buatan. Sebelum membahas daya-daya lainnya, dua daya atau dua cupak inilah yang seharusnya disadari, diketahui dan dipahami fungsinya oleh setiap orang.
Sesuai dengan sifatNya yang ar Rakhman dan ar Rakhim atau Maha Pengasih dan Maha Penyayang maka pemberian Allah kepada makhlukNya tiada terhingga banyaknya, sehingga sulit untuk mengingat satu-persatu nama-nama pemberian Tuhan itu.
Sedangkan Qur'an sendiri menyebutkan bahwa manusia itu bersifat pelupa.
Oleh sebab itu orang membuat metode untuk mengingat seluruh pemberian Tuhan tersebut dengan hitungan yang lebih sedikit yaitu mengelompokkan pemberian itu ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Diantara kelompok-kelompok ini masih dapat ditelusuri hubungannya satu dengan lainnya. Hal semacam inilah yang disebut sebagai sistematika. Cara semacam ini dapat mengatasi sedikit permasalahan lupa ini.
Dengan sistematika pula, kita bisa memahami bahwa segala sesuatu pemberian Tuhan merupakan totalitas yang berkaitan satu dengan lainnya secara teratur.
Kata sistematika berasal dari bahasa Inggris, dan baru saja menjadi kosakata bahasa Indonesia. Kata sistematika tidak ditemui padanannya dalam bahasa Melayu-Arab, sehingga wajarlah penggunaan kata sistematika ini perlu dibiasakan dalam bahasa Indonesia.
Agar mudah dipelajari sebagai ilmu pengetahuan dan dapat dihayati dalam perbuatan sehari-hari, maka sistematika semua pemberian Tuhan, sebaiknya disusun berdasarkan dua daya dasar yang berada di tubuh kita sendiri, yaitu kemampuan merasa dan kemampuan memeriksa. Masing-masing hasil merasa dan memeriksa dapat diberi nilai yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Pemberian Tuhan kepada manusia yang terpenting bukanlah bentuk organ-organ tubuh itu sendiri, tetapi kemampuan memfungsikan organ-organ tsb.
Merasakan dan memeriksa pada hakekatnya dilaksanakan oleh otak.
Organ-organ pancaindra hanyalah sarana penerima dari gelombang-gelombang benda dari alam ini. Tanpa kesadaran di otak tak akan ada benda-benda dapat dirasa dan diperiksa.
Tidak ada artinya mata yang indah berbulu lentik, tapi tak mampu mengidentifikasi sesuatu yang dilihat atau kuping lebar dan tegak, tapi tidak mampu membedakan bunyi yang didengar atau kulit yang halus mulus tapi mati rasa.
Hal-hal semacam ini terjadi karena kurang berfungsinya otak mengelola rasa dan periksa.
|