|
|||||||||||||
Telah dibaca oleh: 65449 orang.Jaan dibiakan manjadi padi salibuDikarang oleh : admin nagari.org![]() sbahar1937@yahoo.com
Bersama ini saya ingin mengirim email ke Gubernur sebagai tanggapan terhadap
kata sambutan Gubernur pada pembukaan Mubes Gebu Minang ke IV yl. Abraham Ilyas Ringkasan:
1. Hasil penelitian ---> kontribusi sektor pendidikan dan pendidikan tenaga kerja bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing sebesar 17 dan 19
persen. 2. Pembangunan Sumbar lebih mempromosikan industri menjadi pelayan (otot) daripada industri menjadi tuan (otak). Industri menjadi tuan atau industri otak untuk masa kini adalah bidang Tehnologi informasi yang dapat dikerjakan oleh orang-orang yang terdidik, terlatih dan tidak membutuhkan kawasan industri khusus. 3. Untuk membangun industri ini (otak), pemda membutuhkan ahli-ahli TI. Oleh sebab itu sebagai langkah awal Gubernur hendaknya membentuk dan memperbantukan tim asistensi multimedia dibawah koordinasi Wagub (Professor Doktor). Ahli-ahlinya direkrut dari PT-PT dari Jawa atau LN yang akan merekayasa masyarakat Sumbar menjadi daerah industri TI (software).
24 Desember 2005 Assalamualaikum W.W Izinkanlah saya memperkenalkan diri kepada Gubernur. Nama saya Abraham Ilyas, pensiunan PNS th 2000. Asal nagari Tanjuang Sungayang, Suku Malayu Mandailiang. Saat ini mengelola situs www.nagari.org. Tidak hendak mengajari itiak baranang atau menggurui seluruh urang-urang di
ranah, tapi surat-electronik ini ditulis semata-mata karena kecintaan saya
kepada tanah tumpah darah di ranah.
Tg. 16 17 Desember yl. saya mengikuti Mubes ke IV Gebu Minang di
Sawahlunto. Seperti kita ketahui bersama, masalah TI atau multimedia menurut para pakar merupakan kunci keberhasilan pembangunan peradaban masyarakat saat ini dan di masa depan. Mau tak mau pemda Sumbar yang mengurusi sebagian besar masyarakat Minangkabau akan bersinggungan dengan ini pula.
Dari sambutan tertulis Gubernur yang membahas tentang core pembangunan di
Sumbar hal 20 sd 27 semuanya membahas masalah kemiskinan dan ekonomi
pembangunan, terutama pariwisata. Kalau kita telusuri semua itu (kemiskinan) yang terjadi berfokus dari sumber aslinya yaitu penataan gizi balita serta mutu pendidikan serta pembentukan keluarga yang tidak berencana. Ahli gizi Unand beberapa kali
mempublikasikan di Sk nasional, saat ini terdapat 54.000 balita yang rawan gizi
(). Dari penelitian para ahli, ditemukan penderita schizoprenia (gila, berkepribadian ganda) di Belanda dan Anhui China, dua kali lipat jumlahnya pada anak-anak yang pada masa balita atau saat dikandung ibunya menderita kelaparan.
Hasil UAN 2005 membuktikan, persentase pelajar Sumbar yang tak lulus 2 kali
Sumsel dan 4 kali Sulut.
Produk perguruan tinggi di Sumbar juga tidak menggembirakan, lk. 20.000
sarjana saat ini menjadi pencari kerja di Kantor Tenaga Kerja. Angka-angka
yang saya tuliskan tersebut berasal dari kutipan koran nasional, disamping
angka-angka penderita kemiskinan sekitar 25 sd. 35 persen yang
dipublikasikan pemda. Namun lebih dari itu semua, perubahan budaya yang tidak atau katakanlah kurang kita sadari.
Kondisi kita saat ini tak ubahnya dengan apa yang dialami
oleh inyiek-datuak kita memasuki penggantian abad ke 19 menuju abad ke 20
(ketika Belanda memperkenalkan ilmu pengetahuan modern dengan
menggunakan huruf latin di sekolah-sekolah pemerintah ataupun di sekolah
swasta yang dibangun masyarakat). Hasilnya tidaklah mengherankan pada saat bangsa Indonesia mendapat kemerdekaannya, orang Minang banyak menjadi sastrawan, pemikir dan berperan dalam kehidupan bernegara.
Penggantian abad ke 20 menjadi abad ke 21 umat manusia mengalami revolusi
komunikasi generasi ke empat yaitu multimedia atau internet. Kita lebih asyik menjadi konsumen barang dari industri tersebut seperti penggunaan HP, Foto, Mesin ketik, ATM, mesin kedokteran, mesin tehnik, chatting, friedster, beremail, dsb. tanpa ikut proses bagaimana barang-barang tersebut sampai bisa dimanfaatkan oleh manusia. Pada hal ada peluang besar bagi anak-nagari untuk sato sakaki dalam mengembangkan peradaban baru ini. Disinilah peran industri bidang software (sebagai programer multimedia).
Memajukan pariwisata di kampuang atau menjadikan ranah sebagai
tujuan wisatawan untuk menanggulangi kemiskinan ! Kita sebagai orang Minangkabau
selalu menggunakan raso jo pareso.
Berlainan kalau menjadi pelayan (babu) orang kaya yang sedang
bersenang-senang (diantaranya para turis); hal ini bertentangan dengan
budaya nenek moyang kita yang mengedepankan harga diri. Demikianlah dari saya, sekali lagi minta maaf bila tidak berkenan. Wassalam Abraham Ilyas
Admin: www.nagari.org |
Situs komunitas nagari.org mulai dibangun th. 2002, 2003 BPNK, 2005-v2, 2007-v3. All Right Reserved, Contact and Info : info@nagari.or.id This site support for MSIE 5.5+, Flash 5+, JavaScript, 800 x 600 px |